Harian Aku : Prolog

Leave a Comment



Pagi ini tak biasanya aku pergi tinggalkan mimpi dengan kesadaran yang cepat. Aku bangun lebih awal dari biasanya. Entah mengapa kejenuhan akan mimpi semakin menjadi, seakan kenyataan lebih menggiur menyapa menyentuh dalam diri. Mungkin aku bosan dengan keindahan mimpi atau bosan akan kenyataan didalamnya atau sadar bahwa mimpi itu adalah kenyataan. Berusaha meyakinkan hati bahwa pikiran ini lelah sungguh melelahkan. Aku tak bohong.

Pukul 7 kusongsong. Kini teh hangat hadir temani biskuit yang temaniku. Duduk di teras depan pikirku pilihan cocok. Menatap hangatnya surya dan rasakan syukurnya. Hal ini jarang bagiku terasa karena biasanya aku mati di pagi hari dan hidup setelahnya. Aneh rasanya melihat orang-orang menyapa dengan training outfit yang dipakainya sembari sesekali membasuh keringat dengan kain lembut di pundaknya. Sungguh aku lupa kapan terakhir kalinya aku seperti mereka. Sudah lama aku tidak bepergian untuk sekedar lari pagi atau berjalan ke taman depan komplek itu. Ah ini mungkin waktunya aku pecahkan "rekor"-ku itu.

Hari ini liburan rutin tiap minggu dimulai dan aku memulainya dengan olahraga pagi. Semua sudah kusiapkan termasuk raga yang akan terolah nanti. Tak lupa, sebotol susu coklat cair kubawa sebagai pengisi kelelahan. Oke, Aku Siap!

Hari itu, saat dimana ragaku dilatih dan pikirku diuji. Tugas kehidupan kembali mendatangi, membawa tantangan dan gundah di hati. Ah, Sejenak kupikir malas merajai, namun setelahnya semangat jadi pimpinan diri. Toh pada akhirnya manfaat akan merasuk hati dan tercermin dalam pribadi.

Inilah aku dengan cerita sehari-hari. Mencoba mencari dan terus mencari. Semoga Tuhan ridhoi. Tak ada alasan untuk tidak mulai. Jadi, ini waktunya untuk kembali. Rasakan perjuangan nadi dan kegigihan sanubari. Diam untuk mengerti, Kata untuk lebih mengerti dan Aksi untuk lebih dari sekedar mengerti.

 Hidup Bermanfaat, Mati Menginspirasi. Apalagi?

0 komentar:

Posting Komentar